Cerpen karangan Jujur Prananto yang
terdapat dalam sebuah buku kumpulan cerpen yang berjudul Parmin terbitan tahun
2002 dengan penerbitnya yaitu Kompas, buku kumpulan
cerpen ini sangat dekat dengan kejadian sehari-hari. mungkin memang karena
Jujur Prananto sendiri terinspirasi dari kisah nyata dalam menulis beberapa
ceritanya. banyak cerita yang menyentuh hati, seperti Parmin, Ibu Senang Duduk
Depan Warung, juga Ayah dan Anak Perempuannya, lalu yang paling mengerikan bagi
saya adalah cerita Dua Pemerkosa. Cerita yang membuat tidak berhenti merinding setelah membacanya.
Jujur Prananto memang terkenal dengan tulisan-tulisannya, Jujur Prananto lahir di
Salatiga,
Jawa Tengah,
30 Juni
1960 adalah
penulis
skenario film
Indonesia. Ia mengawali kariernya sebagai penulis cerpen yang karya-karyanya
beberapa kali muncul di Kumpulan Cerpen Terbaik
Kompas. Namanya
sebagai penulis skenario melejit saat ia terlibat dalam pembuatan film
Ada Apa dengan Cinta
yang terkenal dan laris pada tahun 2002. Atas karyanya di film tersebut, ia
dianugerahi trofi "Skenario Terpuji" dari
Festival Film Bandung 2002. Selulus SMA
tahun 1979, Jujur melanjutkan kuliah di Departemen Sinematografi Institut
Kesenian Jakarta (IKJ) dan lulus tahun 1984. Setelah beberapa tahun bekerja di
lapangan sebagai staf sutradara, tahun 1990 ia memutuskan bekerja di belakang
meja sebagai penulis skenario. Aktif menulis cerpen sejak masih kuliah, dan
kelak beberapa cerpennya dikembangkan menjadi skenario film televisi maupun
layar lebar, antara lain Parmin, Kado Istimewa, Tamu dari Jakarta, Jakarta
Sunyi Sekali di Malam Hari dan Doa yang Mengancam.
Selain “Ada Apa
Dengan Cinta?” Skenario "Parmin" mendapat predikat best teleplay di Festival Sinetron
Indonesia 1994, sedangkan "Doa yang Mengancam" mendapat predikat
skenario terpuji dalam FFB 2008. Saat ini ia masih tetap aktif menulis skenario
film televisi dan layar lebar, dan salah-satu yang masih dalam proses
penyelesaian ialah skenario "Bumi Manusia".
Dalam
cerpen yang berjudul Ibu Memintaku Segera Pulang, digambarkan bahwa ada seorang
laki-laki dari Sumatera yang pulang Ke
Jogja untuk menemui Ibunya. Dalam awal cerita digambarkan suasana sebuah
rangkaian kereta di stasiun Kota Jogja,
kemudian tokoh utama yaitu Ardi berbincang dengan seorang penjaga warung sambil
meminum kopi sebelum pulang kerumah ibunya.
Setelah sampai di rumah Ibunya pukul tiga
lewat dua puluh dengan menumpang becak akhirnya Ardi sampai rumah ibunya dan
bertemu dengan ibunya yang ternyata tidak sakit. Sibkat cerita sang ibu meminta
anaknya pulang ada maksud untuk menjodohkanya dengan Astuti gadis yang sering
mengirimkan makanan kepada ibunya. Namun ardi menolaknya karena belum siap. Dan
saat ardi menolak ibunya hanya berkata
untuk jangan mengecewakan ibumu dan itu kata-kata terakhir dari ayahnya sebelum
meninggal dunia.
Namun
Ibunya tidak tahu bahwa anaknya ini 10 tahun kuliah di Jakata bukan untuk
menjadi sarjana terbaik namun semata-mata karena kekurangan biaya lalu saat
nanti kembali ke Lampung dia hanya kembali bekerja dan untuk mengetahui apakah
kontraknya diperpanjang atau tidak. Ibunya juga tidak tahu bahwa hal yang
paling menggembirakan adalah saat menerima surat dari ibunya.
Dalam
cerrpen ini sang anak kadang-kadang memiliki prasangka buruk kepada kedua
orangtuanyakhususnya sang ibu yang
mengganggap bahwa apa yang dicapai anaknya merupakan bagian dari prestasi
mereka. Bayang-bayang kedua orang tuanya selalu mengikuti Ardi sehingga dia
sempat kehilangan arah .
Jujur Prananto sangat baik dalam menceritakan kisah
kehidupan yang sering terjadi dimasyarakat, bahasa yang digunakan sangat
sederhana mudah di pahami namun tajam dan lugas. Ini erupakan sebuah kritik
bagi para orang tua yang ingin memaksa anaknya untuk menurti apa yang dim au
dan menganggap apa yang didapat anaknya merupakan bagian prestasi yang
didapatkan orang tua.
Terkadang
pandangan orang tua dan pandangan anak berbeda dan tidak tertuju kepada satu
arah. Seperti yang diceritakan dalam cerpen ini dimana dalam benak sang ibu
anaknya kuliah selama 10 tahun dan menjadi sarjamna terbaik padahal sang anak
kekurangan biaya. Hal tersebut tidak
diketahui sang ibu karena anaknya tidak menceritakanya karena tidak mau
mengecewakan sang ibu.
Dalam
cerpen ini para pembaca khususnya pembaca pemula akan merasa bingung terutama
di bagian akhir cerpen karena dalam bagian akhir merupakan curahan hati sang
anak selama ini terhadap orang tuanya. Pesan-pesan moral dalam cerpen ini
kebanyakan dalam bentuk tersirat dan bukan dalam bentuk kongkret.
Namun
pengarang begitu menghanyutkan para pembaca dengan rangkaian kata-kata yang
begitu apik, terlebih dibagian akhir dari cerpen ini yang mengungkap apa
sebenarnya yang terjadi. Suasana tergambar dengan jelas. Walaupun ada sedikit
kekurangan namun dapat tertutupi dengan bahasa pengarang yang kongkret dan sangat
mudah di pahami.