MALU
Pemilihan pakaian bagi sebagian orang tidak terlalu
penting apalagi bagi seorang anak laki-laki, mereka sering memakai pakaian yang
seadanya. Begitu juga aku seorang anak laki-laki yang sedang mencari jati diri
bernama Agus Arrahman tapi teman-temanku sering memanggilku dengan panggilan
’Gusar’ yang sering memakai pakaian seenak-nya. Namun mulai saat itu semuanya
berubah. Senin 22 April, pada saat itu sekolahku mengadakan peringatan hari
Kartini. Siswi perempuan diwajibkan memakai kebaya dan laki-laki menggunakan
beskap.
***
Waktu itu hari Sabtu, 2 hari sebelum hari peringatan hari
kartini. Setelah waktu sekolah selesai aku langsung pulang , setelah sampai
rumah aku lansung mencari ibuku, namun aku tidak menemukannya, “Mungkin
ibuku belum pulang.” pikirku. Karena
ibuku belum pulang akhirnya aku pergi kerumah temanku untuk mengajak bermain game, maklum hari itu hari sabtu.
Setelah 3 jam bermain aku memilih untuk pulang karena pikirku ibu sudah pulang.
Setelah sampai rumah aku melihat ibuku sedang merawat
tanaman di depan rumah. Tanpa berfikir panjang aku langsung meminta kepada
ibuku untuk menyewakan beskap.
”Bu..hari seninkan ada kartinian,
trus aku disuruh pakai beskap, tolong carikan beskap ya bu…” pintaku. “Kenapa
gak nyari sendiri?” jawab ibuku,
“Kan biasanya di salon-salon
banyaknya perempuan jadinya aku malu bu”
“Yaudah nanti jam sore ibu carikan” jawab ibuku sembari memindahkan tanah ke pot
yang lebih kecil.
Akhirnya ibuku malam harinya pulang dengan telah mendapatkan
beskap. “Nih beskapnya,coba dulu siapa tahu kekecilan atau kebesaran”. Aku hanya mengangguk sambil asik menonton tv. Karena beskapnya harus memakai celana hitam dan
aku tidak punya, akhirnya aku meminjam celana bapakku.
Pada saat hari senin, aku bangun kesiangan
dan entah apa yang akan direncanakan oleh Tuhan, ibu dan bapakku juga bangun
kesiangan. “Mas udah jam setengah enam cepet bangun!” teriak ibukku sambil
mengetok pintu. Aku lansung bangun dan sedikit kaget dan lansung lompat dari
kamar tidur dan lagsung ke kamar mandi untuk siap-siap.
Akhirnya
jam 07.05 aku berangkat dari rumah, seperti biasa aku berangkat bersama ibuku,
aku mengantarkan ibuku sebelum kesekolahku. Setelah sampai di sekolah ibuku
seperti biasa cium tangan,dan langsung
menarik gas kemudiku karena memang sudah siang, namun setelah hampir sampai
keselohku aku baru ingat, “Aduh…aku lupa bawa dompet,” di hari itu aku tidak
bawa uang sepeserpun karena semua uangku kusimpan di dalam dompetku. Setelah
sampai di parkiran montor sekolah tenyata masih sepi, “Huh..udah ngebut sampai
ngos-ngosan ternyata masih sepi.” Gumangku dalam hati.
Setelah memarkirkan montor aku langsung pergi ke kelas.
Di depan perpustakaan, aku melewati anak kelas XI, setelah melewati mereka,
terdengar suara cekikikan seperti mengejek. Aku hanya menoleh dan tersenyum
sembari berjalan.
Sesampainya di kelas tak jauh beda dengan di parkiran,
yang datang belum ada separuh. Teman-temanku juga cekikikan seperti apa yang dilakukan anak
kelas XI di depan perpus. Aku bertanya kepada beberapa temanku di depan kelas,”Ada
apa sih kok pada cekikikan?” tanyaku kepada temanku,”Gak ada apa-apa kok!”
jawab Budi salah satu temanku dengan sinis sambil berjalan ke lapangan basket
karena apel segera akan dimulai, hubunganku pertemananku dengan Budi
akhir-akhir ini memang sedang regang.
Aku
sangat bingung kenapa setiap orang hari ini menertawaiku. Dalam hati aku
bertanya apa yang salah denganku hari ini,”Sepertinya tidak.” Jawabku dalam
hati.
Sesampainya di lapangan basket, kami harus menungu hingga
seperempat jam karena petugas upacaranya belum datang. “puanas sekali..”
celoteh salah satu temanku. Memang pada hari itu memang panas karena sudah jam
setengah delapan dan kami memakai pakaian adat yang tentunya sangat panas.
Akhirnya sepuluh menit kemudian apel dimulai dan berakhir tepat pukul delapan
tepat. Setelah itu kami semuanya kembali kekelas dan masing-masing.
Masih seperti pagi tadi, teman laki-lakiku masih tetap
menertawai terutama Budi dan aku tidak tahu apa yang mereka tertawakan. “kerttt….”
suara pintu yang dibuka dan muncul Miss. Niken, “yaaahhhh..” eluh semua, kami
semua menginginkan untuk tidak pelajaran, namun pelajaran tetap saja dimulai.
Hari ini bukan hariku karena sejak pagi tadi aku di hantui kesialan.
Pelajaran satu per satu berlalu dan akhirnya sampai jam
terkhir. Sementara aku menahan lapar sejak pagi karena aku lupa bawa dompet.
Kami semua berharap pelajaran terakhir yaitu Bu Widya tidak masuk, namun Bu Wid
(panggilan kami kepada Bu Widya) masuk walaupun hanya tersisa satu jam
pelajaran.
Di tengah-tengah pelajaran “Gus…sini maju kedepan!”
perintah Bu Wid, yang seketika membangunkan ku dari tidurku di meja, walaupun
sebenarnya aku belum tidur, aku hanya melamun saja namun aku sangat kaget
dengan perintah Bu Wid tadi.
“Ya..bu..”
jawabku dengan keadaan setengah sadar dan sambil memutar-mutar pulpen di tangan
kiriku. Aku berjalan sangat pelan. “Sini cepat!” perintah Bu Wid lagi, dengan
terpaksa aku mempercepat langkahku kedepan. Namun tiga meter sebelum aku sampai di meja guru,
tiba-tiba aku tersandung dan menjatuhkan pulpenku ke bawah papan tulis. Bu Wid
hanya tersenyum.
Disinilah kejadian yang sangat memalukan terjadi, karena
pulpenku jatuh aku mengambilnya dengan posisi agak membungkuk, pada saat itu
semua temanku tertawa lepas. Aku bingung apa yang mereka tertawakan. Bu Widpun
ikut tertawa.
”Tuh pantat apa tomat raksasa” celoteh Budi,dia nampak
senang sekali.
“Ada
apa sih?” tanyaku sambil kebingunggan.
“Sini Gus!” sambil tertawa kecil.
“Kamu tahu gak kenapa semuanya
tertawa?” Tanya Bu Wid sambil masih menahan tawanya. Aku hanya menggoyangkan
kepalaku dengan wajah kebingungan.
”Coba deh kamu lihat celanamu”,
dengan masih kebingungan aku melihat celanaku lalu mengangkat kedua alisku ke
Bu Wid.
Masih dengan kebingunggan melihat
belakang celanaku dan ternyata jahitan celana bagian belakang yang aku pinjam
dari bapakku ternyata sobek dan memperlihatkan celana boxerku, “model baru nih,
celana sobek pantat,” ”Wah pantatnya mekar tuh,” dan masih banyak lagi ejek
temanku. Aku sangat malu dan mukaku langsung memerah. Namun Budi sangat senang
sekali.
Sambil
menahan malu aku baru sadar, dari pagi tadi banyak orang yang mengejekku
ternyata celanaku sobek dan melihatkan pantatku yang katanya ’kemerahan’,
walaupun terdengar sepele namun bagiku butuh waktu berbulan-bulan untuk
memulihkan mentalku yang jatuh dari langit ketujuh ke samudra yang dalamnya
tujuh lapis bumi.
Setelah hari itu aku memilih untuk tidak berangkat dua
hari untuk mempersiapkan mental di ejek teman-temanku saat aku berangkat nanti.
Benar saja saat aku berangkat sekolah semua teman kelasku mengejekku dengan
sangat puas. Mulai dari kejadian inilah aku sangat selektif dalam memilih apa
yang aku kenakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar